Menulis Itu…
Semakin lama semakin melelahkan buatku.
Dulu, menulis adalah salah satu cara untukku melepaskan ide, pikiran, dan hasil ngedumel yang ada di otak, dan dipindahkan dalam bentuk kata-kata (bahkan tak bermakna, aku tahu itu).
Sempat pada tahun 2019, aku bertanya-tanya, “mau jadi apa sih?” karena selama ini selalu kelihatan mengikuti arus kehidupan yang datang, jadi tanpa ada perlawanan, mengikuti kemana muara kehidupan ini berujung. Sampai akhirnya, waktu sedang hangout dengan temanku, Karina, kami diskusi di Food Society Kota Kasablanka.
Kami mencoba peruntungan dengan menonton video tarot dari kanal YouTube Stargirl the Practical Witch — sekarang jadi Anita Sirene. Menurutnya, aku memiliki bakat di tulisan, jadi menulis ini bisa dijadikan umpan untuk mendapatkan sesuap nasi, atau sesesap Starbucks, mungkin segenggam iPhone model terbaru.
Awalnya aku ragu, dan diyakinkan Karina bahwa aku bisa melakukannya. Akhirnya aku memutuskan membuat tulisan pertamaku di Medium, berjudul ‘Cerita Sore Bersama None Karina’, yang mungkin pada saat itu terlihat cetek untuk dibaca, namun proses pembuatannya membuat hati ini senang.
Dari tulisan itu, perlahan karierku berkembang, kebanyakan mengharuskan aku menulis, membaca, baik dalam bentuk video, konten media sosial, situs web, artikel, release, dan semacamnya. Walau begitu, aku juga punya beberapa pengalaman lain dalam mengolah data dan mengerjakan acara-acara di luar kampus, serta acara-acara profesional.
Telah mungkin berkarier di bidang tulis menulis hingga hampir lima tahun, kini keyakinanku mulai goyah. Aku tidak lagi menikmati menulis seperti pada awal aku mulai mengetik dan menguntai kata. Menulis adalah hobi bagiku, namun jika harus dikerjakan setiap hari, dengan tuntutan yang beragam bak jurnalis, modyar juga isi kepala ini.
Menulis itu mungkin bagiku jadi hobi semata
Bukan menjadi sumber utama mendapatkan penghasilan. Karena, kalau hobi kita bisa bikin stress, mau coping pakai cara apa lagi?
Memang, sekalinya aku menulis, seperti tulisan ini misalnya. Dalam kurun waktu beberapa menit bisa menjadi beberapa paragraf. Orang bilang mungkin ini anak ‘kesurupan’ jin penulis — yah semoga kesurupan arwah Tolkien atau Lewis gitu, karena cepat banget dalam menulis.
Tapi, menulis sudah bukan jadi sesuatu yang enjoyable bagiku karena banyak paksaan di dalamnya. Bukan tentang motivasi aku menulis, bukan tentang isu yang aku senang untuk dalami, dan bukan tentang apa yang ingin aku utarakan ke ruang yang lebih besar dari isi kepala ini.
Usai karier ku di kantor ini, mungkin aku akan berdiam sejenak, berpikir kembali dan meluruskan semuanya. Mungkin aku akan butuh menonton video-video tarot Anita Sirene lagi. Memikirkan semuanya, istirahat, sembari mencari lagi hal apa yang sebenarnya ingin aku lakukan, dan mampu aku jadikan pekerjaan selama akhir hayat hidup ini.
Satu hal yang pasti,
Menulis itu, untukku bukan bekerja, namun caraku untuk beristirahat.