Pertemanan pun Bisa Jadi Sangat Toksik

Farrel Fauzan Arvian
3 min readJun 18, 2019

--

Thread Toxic Friendship. Source : twitter

A : “Eh, Jemput gue dong, nanti kalo ngga gue gabalikin utang gue tempo hari!”

B : “Plis jangan, gue jemput lo di tempat biasa di jam yang sama ya”

Dini hari merupakan waktu yang tepat untuk saya menyerap ilmu — bahasa halus main handphone. Kebetulan beberapa hari yang lalu tepat pada pertengahan malam disertai ruangan tidur saya yang sudah remang-remang, saya menemukan sebuah thread atau utas menarik mengenai pertemanan yang toksik. Utas ini dibuat oleh Widas Satyo (@widassatyo) dan sekarang telah mendapatkan ratusan likes dan retweet karena fenomena nya sangat dekat dengan kehidupan. So, here’s toxic friendship looks like according to @PsychToday.

1. Perasaan Kalah Kompetisi

Perasaan ini muncul ketika kamu merasa dikesampingkan oleh “sahabat” kamu. Ada feeling aneh layaknya kesal ketika mereka pergi tanpa mengajak kamu. Nah, di sini muncul sebuah kompetisi untuk memperebutkan perhatian “trofi” kesayangan kamu.

2. Suka Didengar Tidak Mau Mendengar

Pernah dicurhatin sama temen kamu, tapi giliran kita yang mau curhat eh dia tidak mau dengar? Ini juga bisa menjadi tanda bahwa pertemanan kamu itu toksik. Seakan kamu sudah berusaha menjadi pendengar yang baik untuk dia, tapi kamu tidak bisa bercerita masalah kamu ke dia, karena toksik!

3. Bicara Seenaknya

Tipe teman toksik seperti ini biasanya bicara dengan jujur, tapi jujurnya kadang terlewat batas dan bahkan mungkin malah bicara dengan nyelekit. Intinya, ketika dengar dia bicara, kamu dipenuhi rasa sedih karena bukannya di apresiasi, kamu malah dihina-hina saking jujurnya.

4. Tidak Ada Keseimbangan

Sama seperti hubungan percintaan, yang dapat dikatakan sehat kalau keduanya saling berusaha memperjuangkan relationship di antara kalian. Bukan kamu yang jadi budak secara sepihak.

5. Semua Jadi Salah Kamu

Seluruh masalah dia, ditumpahkan kepada kamu. Seluruh masalah dia, asalnya dari kamu. Pernah mengalami hal itu? Selamat, kamu telah terjebak dalam pertemanan yang toksik.

6. Banyak Moodswing

Awalnya, kamu akan merasa enjoy ketika sedang bersama dia. Namun tiba-tiba semua berubah bak negara api menyerang. Mood nya yang awalnya baik tiba-tiba memburuk dan tidak jarang berimbas pada mood kamu juga.

7. Sulit Diprediksi

Mirip seperti nomor enam, sikap moodswing dia menyebabkan “trofi” kesayangan kamu ini sulit diprediksi. Tanpa alasan yang jelas bisa-bisa dia musuhan dengan kamu. Eh, besoknya minta maaf. Berulang-ulang layaknya siklus hidup air, bikin capek!

8. Kamu Jadi Stress Sendiri

Karena kepikiran dengan kelakuannya, berimbas sama diri kamu. Stress menghadapi teman kamu yang satu ini sudah jadi makanan sehari-hai. Kepala sakit, perut mulas, kaki pegal. Bukannya menguatkan kesehatan kamu, yang ada kamu bisa uring-uringan setiap dia berucap.

Nah, beberapa gejala tersebut bisa menandakan bahwa pertemanan yang kamu jalani dengan dia itu masuk ke dalam kategori “toksik” lho!. Tapi, terkadang masih ada saja yang mempertahankan hubungan seperti itu, walau seperti berjalan di atas mata pisau berusaha menjangkau si dia.

Sebenarnya ada alasan logis kenapa banyak orang yang mempertahankan relasi seperti ini. Dilansir dari @cosmpolitan, terdapat enam alasan kenapa orang sulit menyudahi pertemanan toksik.

  1. Kamu terlanjut sayang sama dia dan hubungan pertemanan kalian
  2. Dia ternyata baik kepada kamu ketika sedang mood
  3. Kamu merasa gagal menjadi teman yang baik bagi dia, sehingga kamu terus mencoba memperbaikinya
  4. Kamu mewajarkan sikapnya kepada kamu selama ini, jadi kamu sudah terbiasa dengan segala keburukkan dia
  5. Kamu takut kehilangan circle pertemanan antara kamu dengan dia, jadi kamu memilih untuk bertahan dibanding hidup tanpa teman
  6. Utamanya, kamu pasti takut hidup sendirian.

Selain menjabarkan alasan dan pertanda pertemanan toksik, utas ini juga memberikan beberapa tips untuk mengurangi hubungan toksik; pertama, kamu harus berani berkata tidak, kemudian kedua, bersikaplah jujur dan terbuka dengan dirinya, baik ketika ia bicara, feeling kamu mengenai perilakunya, atau sebagainya, ketiga, jangan takut untuk tegas kepada dia.

Akun @ReachOut_AS juga menjelaskan bahwa situasi kompromi di atas tidak akan menyelesaikan seluruh masalah kamu. Ketika kamu sudah berada di puncak kekecewaan kamu, let them go. Jangan biarkan hubungan toksik itu malah menggerogoti kepala kamu hidup-hidup.

Sekiranya begitulah apa yang dijabarkan oleh utas terlampir. Sekarang, waktunya bagi kamu untuk melakukan self reflection dan kemudian, let it go — kemudian berubah jadi Elsa Frozen.

Menutup tulisan ini, saya juga ingin mengingatkan kamu bahwa bisa saja hubungan toksik ini disebabkan bukan hanya sikap dia, tapi juga sikap kamu. Jadi jangan selalu merasa tidak salah, cobalah melakukan introspeksi diri, sehingga kamu bisa make peace, baik dengan dirinya, maupun diri kamu sendiri. Ayo galakkan pula quality over quantity. Karena pertemanan yang baik tidak peduli berapa jumlahnya, namun seberapa baik isinya. Ciao.

Sumber :

link : https://twitter.com/WidasSatyo/status/1140627939974737920

--

--

Farrel Fauzan Arvian
Farrel Fauzan Arvian

Written by Farrel Fauzan Arvian

Menulis adalah menuangkan ide pikiran, dan kadang, pikiran saya kusut dengan ide. Jadi inilah tulisan-tulisan saya, untuk menguntai apa yang kusut di kepala.

No responses yet