Optimalkan Peluang Kerja Otak dengan Bangun “Second Brain” Kamu!

Farrel Fauzan Arvian
6 min readNov 24, 2022

--

Pernahkah Kamu Mendengar Istilah “Second Brain”?

Pernahkah kalian mendengar istilah “Second Brain” atau Otak Kedua? Mungkin beberapa yang pertama kali mendengarnya, berpikir kalau “Otak Kedua” yang dimaksud di sini adalah organ tubuh. Tetapi, sebenarnya istilah “Otak Kedua” ini merujuk pada hal lain yang ada di luar tubuh manusia. Menarik bukan?

Photo by Thought Catalog on Unsplash

Mengenal Konsep “Second Brain” dan Keuntungannya

Definisi Second Brain

Menurut Tiago Forte dalam bukunya yang berjudul “Building a Second Brain: a Proven Method to Organize Your Digital Life and Unlock Your Creative Potential”, Second Brain merupakan,

"A private knowledge collection designed to serve a lifetime of learning and growth, not just a single use case."

Dari definisi tersebut, maka dapat kita katakan bahwa Second Brain yang dimaksud di sini adalah sebuah koleksi pengetahuan privat yang dapat diakses untuk belajar seumur hidup. Jika diibaratkan dengan benda, Second Brain dapat diimajinasikan sebagai jurnal yang berisi pemikiran, hasil observasi, kliping informasi bermanfaat, yang pada kemudian hari dapat kembali kita gunakan.

Menelusuri Sejarah Second Brain

Menurut Forte, banyak peneliti dan ahli pada masa lampau menggunakan Second Brain untuk membantu otak memproses banyak data yang masuk. Dengan mencatat sesuatu, membantu kita merekam sebuah informasi dan menyetorkannya dalam sebuah medium yang lebih tahan lama.

Melansir bukunya sendiri, Forte menemukan konsep ini setelah berulang kali mencatat laporan kemajuan tentang kesehatannya yang sempat memburuk beberapa tahun lalu. Melihat tidak ada kemajuan dari tiap kunjungan medis, Forte berinisiatif untuk mencatat setiap keluhan, gejala, efek samping, ditambah lagi dengan berpuluh-puluh jam mencari informasi mengenai kesamaan penyakitnya dengan penyakit lain, dan kemudian ia clip di jurnalnya.

Walaupun pada saat buku ini dibuat Forte mengatakan belum full recovery, namun ia mulai memahami penyakitnya dan dapat membantu tim medis menemukan solusi yang mendekati tepat untuk perlahan-lahan menyembuhkan. Inilah yang membuat Forte merasa Second Brain sangat membantu kehidupannya.

Keuntungan Memiliki Second Brain

Salah satu bentuk komunikasi yang penting dan fundamental bagi manusia adalah menulis. Dengan menulis, kita bisa menguntai pikiran yang semulanya kusut di otak jadi lebih konkret dan tergambar jelas untuk kemudian diubah menjadi sebuah aksi. Sejalan dengan konsep ini, Second Brain memiliki beragam keuntungan jika dilakukan, yaitu:

  1. Membuat ide kita lebih jelas tergambar
  2. Membantu menemukan hubungan antara beberapa ide
  3. Membantu menginkubasi* ide kita seiring berjalannya waktu
  4. Menajamkan perspektif unik kita sendiri

*inkubasi yang dimaksud yaitu menyempurnakan ide yang kita miliki seiring bertambahnya informasi yang relevan terkait ide tersebut.

Konsep “Second Brain” Zaman Kini! Apa yang Membedakan?

Pilih yang Cetak atau Digital?

Kalau dulu, Second Brain digunakan dalam bentuk buku jurnal atau buku saku kecil yang dibawa kemana-mana oleh para ahli. Bisa dibilang karena bentuknya buku cetak, maka format informasi yang dapat dimuat juga terbatas. Biasanya, jurnal cetak terdiri atas tulisan, clipping foto, artikel, maupun koran yang Informatif.

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang makin mutakhir, jurnal yang semula cetak kini bertransformasi menjadi bentuk digital. Menurut Forte, walaupun medianya bisa beragam, setidaknya sebuah Second Brain harus memenuhi empat kualitas esensial sebagai beriikut:

  1. Multimedia: dapat memuat tulisan, gambar, sektsa, dan lain-lain,
  2. Informal: tidak memerlukan effort untuk cek ejaan & desain,
  3. Open-ended: output yang dihasilkan tidak spesifik (seperti Slide deck, grafik, atau video) sehingga kamu dapat melakukan eksplorasi lebih bebas,
  4. Action-oriented: tidak perlu komprehensif, namun berguna untuk merekam secara cepat ide-ide yang terlintas di pikiran dan kamu dapat fokus dengan tugas yang lebih besar lainnya.

Dari penjelasan tersebut, maka bisa dikatakan bahwa hal yang paling penting dalam memilih Second Brain yang baik adalah medium yang bisa membebaskan kita untuk menuliskan isi pikiran, memiliki kemampuan untuk attach media, tidak terpaku pada satu output yang rigid untuk diubah, dan tidak merepotkan kita untuk menulis.

Derasnya Arus Informasi pada Abad ke-21 dan Urgensi Mengoptimalkan Second Brain

Sejak beberapa tahun ke belakang, disrupsi teknologi mulai merambah ke banyak aspek kehidupan manusia, salah satunya pada bidang informasi. Seiring transformasi digital yang berlandaskan data-driven, data-data yang berisikan informasi bertumbuh dengan sangat cepat. Saking cepatnya, mungkin dalam kurun waktu satu minggu, terdapat jutaan data yang masuk ke dalam internet dan dapat kita peroleh dengan cuma-cuma alias open source.

Ratusan bahkan ribuan data yang kita peroleh setiap hari, mayoritas hanya lewat dari mata, masuk telinga kanan dan keluar di telinga kiri. Banyak informasi yang menerpa ini juga membuat kita mudah teralihkan, bahkan dari informasi relevan yang sebenarnya kita sangat butuhkan. Dampaknya, informasi yang kita dapatkan tidak maksimal, dan bahkan tidak relevan dengan hal-hal yang kita butuhkan.

Maka itu, di sini muncul sebuah urgensi baru untuk memaksimalkan otak yang kita miliki dalam memilah dan mengkurasi informasi yang penting dan valuable untuk kita cerna. Sayangnya, karena kapasitas yang terbatas dari manusia sendiri untuk fokus pada beberapa atensi sekaligus, kita membutuhkan bantuan dari luar, dan inilah peran Second Brain untuk membantu manusia menjalankan keseharian, menerima informasi, dan menyimpan pemikiran yang lewat pada saat-saat yang terkadang, well, sangat-sangat random.

Jika dilakukan dengan maksimal, Forte mengatakan bahwa Second Brain memberikan tiga peluang atau potensi yang menakjubkan, yaitu:

  1. Membantu manusia mengingat sesuatu (remembering)
  2. Membantu manusia untuk menghubungkan dan mengasosiasikan berbagai ide atau connecting the dot (connecting)
  3. Membantu manusia menciptakan sebuah kebaharuan (creating

Bagaimana Implementasi “Second Brain” yang Mudah?

Mengenal Kerangka Kerja CODE dalam Second Brain

Merujuk konsep Second Brain yang diangkat Tiago Forte dalam bukunya, ia memberikan sebuah solusi singkat untuk memahami bagaimana implementasi Second Brain menggunakan platform yang kita pilih. Forte menyebutnya sebagai konsep CODE — Capture, Organize, Distills, Dan Express. Keempat tahapan tersebut menurutnya adalah formula dasar untuk memulai perjalanan kita dengan “Otak Kedua” yang kita sudah miliki

  1. Capture: Merekam atau menangkap informasi yang relevan dengan kebutuhan kita. Tujuannya agar informasi yang kita simpan tidak terlalu banyak dan akhirnya membingungkan kita sendiri. Menurut Forte, kita harus menjadi seorang “kurator” dalam tahapan ini
  2. Organize: Mengorganisir informasi yang kita dapatkan agar mudah diakses ketika dibutuhkan. Ketika sudah memasuki tahapan ini, Forte mengatakan untuk membuat sistem organisasi informasi yang minimalis dan simpel, sehingga kita tidak kesulitan mencari informasinya. Misalnya dengan tidak membuat folder yang terlalu “berlayer-layer” mengenai sebuah insight.
  3. Distills: Mengambil intisari dari informasi yang sudah kita miliki dan hanya menambahkan detail yang benar-benar relevan. Misalnya ketika kita akan meninjau informasi mengenai sebuah riset, kita bisa membaca pokok pikirannya, abstrak, atau hanya highlight beberapa informasi yang benar-benar berguna.
  4. Express: Untuk apa kita menyimpan informasi jika hanya disimpan di gudangnya saja? Forte mengatakan bahwa pada konsep CODE, membagikan informasi yang sudah komprehensif, simpel, namun relevan dapat dilakukan. Yah, hitung-hitung jadi pahala, betul Guys?

Rekomendasi Platform untuk Mengembangkan Second Brain

Konsep di atas bisa kamu gunakan secara perlahan untuk mulai mengimplementasikan penggunaan Second Brain dalam kehidupan kamu. Di bukunya sendiri, Forte juga memberikan beberapa contoh platform yang dapat kamu gunakan untuk membangun Second Brain.

Penulis sendiri sudah mencoba beberapa platform yang biasa digunakan untuk membangun Second Brain. Nah, berikut adalah empat platform yang penulis rekomendasikan:

  1. Google Docs: Awalnya merupakan platform khusus untuk menulis seperti Microsoft Word. Namun kini Google Docs juga support menulis dengan format block seperti Medium & WordPress. Selain itu, terdapat banyak pilihan untuk menyisipkan media seperti link situs, foto, hingga video.
  2. Microsoft OneNote: Berbeda dengan Microsoft Word yang fokus untuk membuat dokumen tertulis, Microsoft OneNote memang diperuntukkan untuk membuat catatan layaknya jurnal maupun buku besar yang berisikan banyak sub-bab. Fitur yang dimiliki OneNote juga tidak kalah menarik dari Google Docs. Penulis menyarankan untuk menggunakan OneNote yang berbasis internet ya (365) agar bisa diakses kapan pun dan di mana pun.
  3. Notion: Merupakan platform menulis berbasis block favorit penulis sejak tahun 2019. Terdapat banyak sekali fitur dan formula yang bisa kamu gunakan untuk Mengembangkan Second Brain kamu sendiri. Agar tidak kebingungan, kamu bisa menggunakan template langsung jadi yang ada di bagian template.
  4. Evernote: Salah satu platform menulis catatan paling populer di dunia dan berbasis internet. Evernote menyediakan beragam fitur dan konsep yang simpel sehingga tidak membingungkan pengguna yang baru pertama kali menggunakannya.

Itulah beberapa platform yang bisa kamu gunakan untuk membangun Second Brain-mu sendiri. Menarik sekali ya topiknya 🙂

Kesimpulannya?

Opsi menggunakan Second Brain merupakan alternatif yang patut kamu coba untuk membantu otak yang sebenarnya memiliki limitasi bekerja dalam satu waktu. Dengan “Otak Kedua” ini, kamu dapat menyimpan lebih banyak informasi yang relevan dengan aspek-aspek kehidupanmu. Tidak hanya itu, Second Brain dapat membantumu untuk mengingat, menghubungkan ide, dan menciptakan sesuatu hal yang baru.

Inti dari Second Brain adalah mencatat dan merekam berbagai media dengan keluwesan. Maka itu dibutuhkan platform yang bisa menampung tujuan dalam membangun Second Brain. Untuk menjaga arus informasi yang kamu dapatkan relevan tertuang di Otak Kedua, maka konsep CODE dapat digunakan, yaitu diawali dengan (1)menangkap informasi, (2)mengorganisir dengan jangkauan yang mudah diraih, (3)menentukan nilai dan pesan inti informasinya, dan (4)membagikannya kepada orang lain. Beberapa platform yang dapat kamu coba adalah Google Docs, Microsoft OneNote, Notion, dan Evernote.

Itulah konsep mendasar mengenai Second Brain. Jika kamu tertarik untuk memahami lebih lanjut mengenai Otak Kedua ini, penulis menyarankan untuk langsung membaca buku milik Forte yang menjadi sumber primer tulisan ini.

Author : Tiago Forte

Judul : Building a Second Brain: a Proven Method to Organize Your Digital Life and Unlock Your Creative Potential

--

--

Farrel Fauzan Arvian
Farrel Fauzan Arvian

Written by Farrel Fauzan Arvian

Menulis adalah menuangkan ide pikiran, dan kadang, pikiran saya kusut dengan ide. Jadi inilah tulisan-tulisan saya, untuk menguntai apa yang kusut di kepala.

No responses yet