Chromatica : Dunia “Dystopian Wonderland” Karya Lady Gaga
My name is not Alice, but I’ll keep looking for Wonderland! — Alice, Chromatica
Tanggal 29 Mei 2020 menjadi hari perayaan little monster akan lahirnya sebuah karya baru milik mother monster, Chromatica.
Stefani Joanne Angelina Germanotta atau yang biasa disapa Lady Gaga kembali merilis sebuah rekaman yang berisi 13 lagu dengan tajuk Chromatica. Nama album ini terinspirasi dari warna-warna yang ada di dunia.
Meluncur ke Wonderland
Ibarat Chromatica adalah sebuah buku cerita yang mengisahkan seorang bernama (bukan) Alice yang sedang mencari 'Wonderland’, karya ini dipenuhi dengan lagu yang sarat akan “menemukan jati diri”, serta “bertarung dengan masalah hidup”, yang tidak kunjung usai.
Lady Gaga selalu memberikan materi yang fresh dan sesuai dengan kehidupan. Untuk penikmat lagu Gaga dari awal debut, pasti setuju bahwa penyanyi asal Amerika Serikat ini selalu mencoba hal baru dalam mengekspresikan pikirannya. Misalnya dalam album “The Fame” dan “The Fame Monster”, Gaga banyak berbicara tentang hidup glamor, masalah percintaan yang rumit, dan kontroversi para artis. Pada tahun 2010 Gaga menjadi kontroversi karena merilis album “Born This Way” yang mendukung kaum LGBTQ+ — happy pride month!, dengan tampilan yang makin nyeleneh. Eksplorasi seni juga Gaga tampilkan dalam album “Artpop”, yang lucunya cukup berbanding terbalik dengan album terakhirnya “Joanne” yang justru terkesan sangat personal.
Untuk Gaga, membuat musik adalah menyelami 'Wonderland' irama dan melodi, menemukan sebuah cara baru dalam mengemukakan opini dan ide dari kepala para musisi dan penyanyi.
Kisah Petualangan
Chromatica dapat dikatakan sebagai konsep yang unik, disatukan dalam sebuah karya teatrikal yang saling menyambung. Hampir mirip serial video klip “Paparazzi” dan “Telephone” yang sayangnya mengalami plot menggantung.
Dunia 'Wonderland' Gaga atau Chromatica adalah dunia post-apocalyptic yang mengadaptasi tren cyber punk dalam visualnya. Lagunya sendiri didominasi oleh genre synthetic-pop dan electronic-pop.
Alkisah, Gaga adalah salah satu manusia yang selamat dari sebuah kehancuran besar. Pada zaman itu semua manusia yang selamat membuat kubu atau tribe sendiri, dengan identitas warna, simbol, dan ideologi yang berbeda. Gaga sebagai salah satu bagian dari kindness punk (disimbolkan dengan hati dan warna pink) berusaha untuk mempertahankan harmoni di antara semua kubu. Tema inilah yang menjadi keseluruhan kisah dalam Chromatica.
Setelah sekian waktu ide awal Chromatica tersebut dimunculkan dalam “Stupid Love”, pada lagu “Rain on Me”, Gaga dan Ariana Grande berduet di tengah hujan, masih dengan tema besar Chromatica. Sepertinya hal ini juga akan diterapkan dalam video klip berikutnya yaitu “Sour Candy”.
Pendewasaan Karya
Bisa penulis bilang Chromatica adalah hasil eksperimen Lady Gaga selama ini. Banyak little monster yang berpendapat bahwa Chromatica merupakan hasil perkawinan “Born this Way” dengan “Artpop”, walau begitu dalam beberapa lagu kita juga dapat mendengar bumbu-bumbu dari album-album Gaga yang lain.
Chromatica terdiri dari 13 trek yang dibuka dengan “Chromatica I”, berisi instrumen orkestra selama satu menit, dilanjutkan dengan “Alice” sebagai pembuka. Pada rekaman ini terdapat tiga lagu andalan yaitu “Stupid Love”, “Rain on Me”, dan “Sour Candy”. Album ditutup dengan salah satu trek yang kehadirannya ditunggu-tunggu oleh para fans yaitu “Babylon” yang sekilas memiliki kemiripan dengan “Vogue” oleh Madonna dalam pemakaian instrumennya. Penulis sendiri memberikan bintang lima kepada “Babylon”, “Enigma”, dan “Alice” yang walau bukan merupakan singel tapi cukup catchy di telinga.
Chromatica rilis tanggal 29 Mei 2020 dan kini tersedia di YouTube, Spotify, Apple Music, dan berbagai platform streaming lainnya.